Rabu, 01 November 2017

JUAL BELI SEWA ALAT USAHA KUDUS & SEKITARNYA

Kami melayani jual beli sewa gerobak usaha di wilayah kota Kudus dan sekitarnya, ada gerobak usaha angkringan, juice, gorengan, martabak, mie ayam bakso, es buah, dll. Informasi lengkap hubungi call/sms/wa 0811 275 4447 (Pak Kumis).
Image may contain: outdoor

Image may contain: outdoor

No automatic alt text available.

Hasil gambar untuk gerobak jus

Hasil gambar untuk gerobak angkringan

Hasil gambar untuk ukuran gerobak angkringan

Hasil gambar untuk ukuran gerobak angkringan

Hasil gambar untuk gerobak mie ayam bakso

Kamis, 27 Juli 2017

10 Cara Usaha Gorengan Beromzet Jutaan Rupiah


Usaha Gorengan banyak kita temui di berbagai tempat. Meski demikian masih banyak lokasi yang bisa kita jadikan ladang bisnis gorengan. Tidak hanya lokasi, setidaknya ada 9 faktor lain yang menjadikan pebisnis gorengan punya omset jutaan rupiah.

Peluang usaha semakin luas bersama dengan kian luasnya pangsa pasar. Tinggal menunggu para pebisnis memulai karirnya dari bidang yang mana. Bila anda yang ingin mengubah sesuatu yang ringan dan biasa menjadi tetap ringan tetapi memiliki nilai plus dan kreatif.
Maka layak apabila anda memikirkan kembali dalam membangun usaha, pasalnya salah satu ide cemerlang satu ini juga perlu menjadi salah satu referensi. Yaitu gorengan, anda mengenal salah satu jajanan yang kian marak dan mudah ditemui ini bukan??. Jajanan yang tak pernah habis terkikis oleh waktu.

Bisnis Gorengan


Dengan masa yang kian berubah dan semakin orang-orang berfikiran maju serta modern, jadi tidak ada salahnya bila anda juga mengikuti perkembangan zaman yang begitu pesat ini. Ini adalah beberapa hal yang membuat bisnis gorengan ini makin laris.
  1. Lokasi penjualan

Hampir semua tempat yang dilewati masyarakat bisa kita jadikan lokasi berjualan gorengan. Tidak harus di alun-alun atau pusat kota. Yang penting lokasinya ramai, parkir gratis, dan aman dari bahaya kebakaran.
Nilai plus jika anda bia berjualan di dekat toko lain. Misalnya di depan Indomaret, samping toko baju, atau di dekat toko buah. 

  1. Tidak perlu gedung yang mahal
Tidak perlu membuka restoran untuk sukses berjualan gorengan. Gerobak yang kecil pun bisa menjadi sumber penghasilan anda. Syarat utama sukses di bisnis ini adalah gorengan yang enak dan sehat

  1. Menggoreng dengan sehat

Beberapa waktu yang lalu banyak beredar info gorengan plastik. Sekarang masyarakat sudah mulai cerdik membedakan makanan yang sehat dan yang bukan. Anda pun harus menyajikan gorengan yang sehat agar pelanggan tidak lari ke penjual lain.
Selain menghindari campuran berbahaya di gorengan, anda juga  harus rajin mengganti minyak goreng. Minyak goreng ng sudah terlalu hitam umumnya menyajikan rasa yang aneh dan terkesan tidak higienis.
  1. Modal relatif kecil
Gas elpiji dan kompor     = 300.000
Peralatan menggoreng    = 190.000
Pisau                              =      6000
Modal Bisnis Gorengan = 996.000

  1. Keuntungan menggiurkan

Dengan modal kurang dari 1 juta. Bisnis ini menawarkan balik modal kurang dari 1 bulan. Keuntungan yang besar ini membuat banyak sekali kita temui pebisnis gorengan di sekitar jalan raya. Berikut ini rincian penghasilan mereka dalam satu hari :
Total penghasilan : 300×700   = 210.000
Bahan baku                           = 148.000
Biaya parkir gerobak              = 2.000
Penghasilan bersih : 60.000/hari atu 1.800.000 perbulan.
  1. Gorengan untuk semua orang
Semua kalangan suka gorengan. Hanya yang takut kolesterol yanng menghindarinya. Siapapun itu, tua muda, miskin kaya, cantik ganteng, semuanya suk gorengan. Makan ini sudah jadi camilan khas Indonesia.

  1. Gampang membuatnya
Membuat gorengan tu mudah. Hampr semua orang bisa. Oleh karena itu, penting bagi sobat untuk memberi nilai tambah agar gorenganmu laku keras.

  1. Riyadh : bisnis gorengan beromzet 120 juta

Pemuda asli Surabaya ini mampu menjual gorengan dengan penghasilan yang fantastis. 120 juta perbulan. Margin keuntungan sekitar 40%. Pemuda ini dinobatkan sebagai entrepreneur muda  oleh Kemenkop UKM pada tahun 2010
Bisnis gorengannya yang bersih dan dipackaging dengan rapi ini mampu menarik pembeli dari berbagai kalangan. Gerobaknya yang unik juga bisa digunakan untuk menjual gorengan riyadh di mall maupun di pinggir jalan
  1. Waralaba
Nah kalau kamu sudah sekeren Riyadh. Punya resep rahasia dan brand unik. Kenapa tidak memulai waralaba.

  1. Peluang usaha gorengan unik
Peluang usaha gorengan unik dan modern makin banyak lho. Dari mulai jamu crispy, kentang kriuk, sampai dengan ide baru lainnya. Nah untuk membaca mengenai gorengan unik, silahkan ke : Usaha Gorengan Unik dan Modern – Makin menggiurkan.

Duh, Cantiknya Gadis Belia Binjai Penjual Gorengan Ini



Masih berstatus pelajar, belia, memiliki wajah cantik dan berjualan gorengan hadir dala sosok Indri Tri Wardani (16).
Yah, siswi SMAN 2 Binjai, Sumatera Utara sudah berjuang keras menjual gorengan menggunakan gerobak.
Kisah ini turut diviralkan oleh salah seorang pengguna Facebook bernama Ideahmadi.

Diunggah pada 25 Agustus 2016, Ideahmadi memposting sebuah gambar wanita muda dengan senyum manisnya sibuk meladeni penjual.
"Heboh.....Tukang gorengan cantik
Tengku indri 16 tahun, siswi SMU 2 binjai
Ini menjawab pertanyaan wartawan NET TV, MNC TV dan metro Tv mengaku tidak malu dgn pekerjaanya yang penting halal dan bisa melajutkan sekolah. Indri berjualan mulai jam 16 sd 18 di simpa kartini binjai
Ia di pilih oleh @arabika.coffee sebagai #youthfoodpreneur of the month
# tukanggorengancantik," tulis Ideahmadi.
Selain postingan teks pada Facebook, Ideahmadi juga menyertakan video singkat.
Dalam video yang diunggah oleh Ide Ahmadi di YouTube, memperlihatkan sosok Indri tak malu mendorong gerobak untuknya berjualan.
Tampak ia juga ramah melayani pertanyaan wartawan dengan senyum khas-nya.
Sementara itu menggapi postingan Ideahmadi di Facebook, beberapa netizen memuji paras manis Indri dan juga kemauan berjualannya.
"Selamat ya adek yg cantik semoga sukses buat adek ,benar kata adek tsb gitu boleh di contoh buat generasi jgn bermalas2san kl kita mau maju ,semoga adek tsb bisa sukses kedepan dan menjadi pengusaha yg handal.....Amin," tulis Irhamsyah Putra Pohan.
"gw liat dipostingan ini yg paling ditonjolkan "mungkin" karna dia "cantik" tapi gk gengsi/ gak malu buat jualan gorengan, ya bisa kita liat dilehidupan sekeliling kita generasi mudanya. anda bisa nilai sendiri. klo gw sih salut buat nih anak kalo emang "beneran" ," komentar akun Ardi Prayoga .
"Senyum nya manis bangeer," tulis Herrie Kusumayadi.
Ada pula netizen yang justrui menyoroti prospek jualan gorengan.
"Tukang gorengan penghasilan perbulannya bsa lebih gede lo dari pegawai kantoran biasa," tulis Eka Yuliana.

Sambil Jual Gorengan Untuk Kuliah, Mahasiswa Ini Sukses Raih Cum Laude


Susi  Sianturi mengungkapkan jika dirinya begitu terharu dan sangat gembira kala pembawa acara dalam upacara Wisauda Mahasiswa Institut Pertanian Bogor ( IPB ) menyebutkan nama dirinya dan juga orang tuanya.

Susi Sianturi yang merupakan Mahasiswa S-2 IPB dalam acara wisauda itu berhasil lulus dengan Predikat cum laude. Susi mengaku untuk mendapatkan predikat tersebut ia harus berjuang dan tidak mendapatkannya dengan mudah.

"Saat S-1, Saya juga mengambil mata kuliah jurusan Peternakan di IPB. Dan kemudian saya nyambung lagi ke S-2 masih di IPB." Ucap Susi Sianturi dengan nada gembira pada, Rabo ( 23/03/2016 ).
Susi pun tidak lantas tanpa cerita yang mengharukan dalam proses tercapainya cita - citanya tersebut, Saat Kuliah S1 pada sembilan tahun yang lalu, Susi Sianturi harus melakukan hal yang tidak di sangka sebelumnya, di mana ia harus berjualan Pisang Goreng lantaran kedua orangtuanya yang tinggal di Tapanuli Utara, Medan hanya mampu memberikan Susi Uang bulanan sebesar Rp. 300.000,-


Rp. 30.000,- itu pun di gunakan dengan sebaik - baiknya yang mana di gunakan Susi untuk keperluan kuliahnya dalam sehari - hari. Dan ketika memasuki semester ketiga Susi bersama dengan teman - temannya membuat sebuah usaha kecil - kecilan. Di mana pada setiap hari libur Susi dan juga teman - temannya menjual perabotan yang dibutuhkan para Mahasiswi. "Jadi, setiap hari minggu, saya bersama teman berjualan dengan membuka Stan seperti itu. Dan Hasilnya bisa membantu biaya kuliah." Imbuhnya.
Dan di Semester 4 Susi Sianturi mencari uang tambahan dengan menjadi seorang guru les siswa SD dan juga SMP. Penghasilannya pun cukup besar meski pun hanya guru Les yaitu sekitar Rp. 900.000,- Setiap bulannya.

Dan setelah lulus dengan nilai IPK 3,32. Susi pun bekerja di sebuah perusahaan Peternakan sebagai seorang Marketing Obat ternak. Kemudian Tanpa pikir panjang Susi memilih untuk berhenti bekerja dan melanjutkan kuliah S-2.
Program S-2 Susi berhasil diselesaikan oleh Susi dengan bantuan Beasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ( Dikti ). Usai menimba ilmu selama dua tahun Di Juruan Ilmu Produksi & Teknologi Peternakan ( IPTP ) Fakultas Peternakan, Susi Sianturi berhasil lulus dengan Predikat membanggakan Cum Laude dengan IPK yang sangat tinggi yaitu 3,91.
"Saya ingin S-2 lantaran memiliki keinginan menjadi Dosen terlebih beasiswa ini memang merupakan program untuk pra-dosen. Saya bercita - cita menjadi pegawai Negeri Sipil ( PNS ) seperti yang sudah di impi - impikan kedua orangtua ." Ucap Susi Sianturi yang sudah memiliki dua orang anak ini seperti dilansir tribunnews Pada 23/03/2016


Susi Sianturi menceritakan kisahnya yang mana saat memasuki semester 1 dan 2 Susi hanya berjualan Pisang Goreng dagangannya di lingkungan Asrama Putri saja dan hal itu dilakukannya usai Sholat Subuh. Dan Lumayan kala itu ia berhasil mendapatkan uang sebesar Rp. 30.000,- per hari.

Memasuki Semester Akhir Susi menginginkan untuk mendapatkan beasiswa, "Beasiswa itu merupakan beasiswa untuk Mahasiswa yang kurang mampu, akan tetapi hal itu baru didapatkannya saat akhir kuliah hingga lulus."

Susi sendiri mengaku motivasinya melanjutkan S-2 lantaran dirinya ingin menjadi seorang Dosen seperti yang sudah dicita - citakan oleh kedua orang tuanya.

Semoga semangat Susi Sianturi dalam mencapai mimpinya ini bisa menjadi motivasi dan juga Inspirasi bagi sobat semuanya. Bantu share juga yuk sobat :) Terima Kasih

KISAH SUKSES Asnawi, Mahasiswa UMY Jadi Sarjana dari Jualan Gorengan



Asnawi, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta asal Bangka, lulus sarjana dengan berjualan gorengan. Asnawi berhasil meraih gelar sarjana ekonomi dengan meraih IPK 3,39.


"Saya pernah bernazar dulu, kalau saya lulus, saya akan pakai toga dengan membawa dagangan ke kampus. Saya ingin menunjukkan, penjual gorengan juga bisa menyelesaikan kuliah. Saya membayar kuliah dan membiayai hidup saya juga pakai ini," kata Awi, panggilan akrabnya, kepada wartawan di Kampus Terpadu UMY di Tamantirto, Bantul, Selasa (14/2/2017).

Awi kemudian bercerita, saat wisuda periode II pada hari Sabtu (11/2) lalu, dia mengenakan toga sambil membawa pikulan dan dagangan gorengan berupa tahu, tempe, dan bakwan di Sportorium UMY.




Dagangan itu bukan lagi dijual seperti hari-hari biasa, namun dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya, baik mahasiswa, orang tua/wali mahasiswa, petugas satpam, hingga tukang parkir.


Dia menjajakan gorengan di sekitar tempat kos, tidak jauh dari kampus tempat berkuliah. Dia berjualan gorengan tidak mengganggu perkuliahan. Tugas-tugas kuliah tetap dikerjakan di tengah kesibukannya berdagang.

"Tugas tetap saya kerjakan, namun kalau harus meninggalkan berjualan ya saya tinggalkan," katanya.


Awi mulai berjualan gorengan pada tahun 2006. Waktu itu, dia harus menanggalkan keinginannya melanjutkan sekolah ke SMA. Setelah lulus SMP, dia harus ikut kedua orang tuanya merantau berjualan gorengan. Selama empat tahun itu pula Awi berjualan gorengan, berpindah-pindah, dan jauh dari kampung.


"Sekolah terhenti dan saya tidak bisa melanjutkan sekolah," katanya.

Baru pada tahun 2009, Awi bisa melanjutkan SMA, meski dari sisi usia sudah agak telat. Namun hal itu tidak membuatnya patah semangat. Dia tetap bersyukur dan menjalaninya hingga lulus SMA.

Menurutnya, pada tahun 2010, saat kenaikan kelas XI SMA, ia dipercaya sekolah untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Yogyakarta. Dia mengikuti program pertukaran pelajar dan ditempatkan di SMKN 7 Yogyakarta.

"Dari situ saya mulai berkeinginan melanjutkan kuliah di Yogyakarta," katanya.

Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Kedua saudara perempuannya juga berjualan untuk menghidupi dirinya masing-masing. Kakak perempuannya mempunyai usaha menjahit, sedangkan adik perempuannya berjualan baju dan kaus.

Untuk menjalani kuliah dan berjualan, Awi mengatur waktunya dengan detail. Setiap hari ia harus bangun pukul 04.00 WIB, kemudian melanjutkan salat subuh. 

Setelah salat subuh, ia mulai menyiapkan bahan untuk berjualan. Awi menuju pasar membeli bahan-bahan untuk jualan dan meracik bumbunya. Pada pukul 06.45 WIB, ia sudah harus menyelesaikan pekerjaannya dan menyiapkan dagangannya sebelum berangkat kuliah.

Sepulang kuliah pada pukul 12.30 WIB, dia mulai membuat adonan, lalu menjajakannya dengan berkeliling kampung. Awi menghabiskan waktu berjualan di sekitar kampus hingga pukul 18.00 WIB. Malam hari dilanjutkan untuk kuliah malam jika ada perkuliahan.

"Hari Minggu libur untuk refreshing dan istirahat," katanya.

Pada awal berdagang, Awi mengaku tidak kuat atau putus asa karena dagangan tidak laku. Sebelum berjualan gorengan, Awi sempat berjualan pempek dan mi ayam. 

Setelah beralih menjual gorengan, keuntungan yang didapatkan setiap harinya bisa dikatakan cukup besar. Setiap hari rata-rata ia mendapatkan keuntungan dari berjualan gorengan sebesar Rp 300 ribu.

"Setelah itu pelan-pelan usahanya naik. Saya bisa membiayai hidup dan pendidikan sendiri, tanpa meminta uang dari orang tua," katanya.

Awi mengaku, ketika ingin melanjutkan sekolah yang lebih tingi, ada beberapa tetangga yang meremehkan, menghina, bahkan mencacinya.

"Saya pernah dihina. Saya ingat sekali perkataan salah satu tetangga, 'Kamu keahliannya hanya buat gorengan saja, nggak mungkin kamu bisa menyelesaikan pendidikan tinggi,'" katanya.

Saat ini dia ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang S-2, bahkan ingin melanjutkan S-2 di luar negeri.

"Saat ini saya mau pulang kampung dulu sambil mencari pekerjaan di samping berjualan gorengan lagi dengan orang tua. Saya juga ingin mencari beasiswa S-2 ke luar negeri. Saya lebih berminat jadi wirausaha, walau dulu waktu kecil ya cita-citanya jadi presiden," kata Awi tertawa. 

Jumat, 05 Mei 2017

STOK GEROBAK USAHA YANG DISEWAKAN APRIL 2017

STOK GEROBAK USAHA YANG DISEWAKAN MEI 2017

Sewa Gerobak Usaha untuk daerah kota Kudus dan Sekitarnya.

Gerobak usaha gorengan 3 unit.

Harga sewa gerobak 
Rp. 200.000,-/ bulan (Gerobak saja)
Rp. 250.000,-/ bulan (Gerobak + Peralatan, Perlengkapannya)

Sewa bisa dibayarkan didepan atau perminggu,
Info lebih jelas hubungi : 0811 275 4447








Penjual Gorengan Untung Bersih Rp 12.000.000.

Ya, Ramadhan adalah bulan yang membawa berkah bagi setiap orang. Pada bulan Ramadhan ini, biasanya para pelaku usaha mengalami peningkatan omset yang drastis. Salah satunya yang paling merasakan adalah Mang Agus. Pria berperawakan mungil asal Majalengka, Jawa Barat ini tak sengaja saya temui saat menepi untuk berbuka puasa dalam sebuah perjalanan menuju liputan ke Sawangan, Depok. Seperti biasa, saat dalam perjalanan, saya memang terbiasa berbuka puasa ala kadarnya dengan teh botol dan gorengan untuk mengganjal rasa lapar.

Melihat dagangannya tinggal sedikit, timbul rasa penasaran saya, sebenarnya berapasih pendapatan tukang gorengan kayak si Mang Agus ini? Saya pun akhirnya membuka percakapan dengan dirinya. Mang Agus bercerita banyak, termasuk tentang berkah Ramadhan yang ia rasakan tahun ini.
Mang Agus memang patut bersyukur. Betapa tidak, sejak datangnya bulan Ramadhan, pendapatannya meningkat lebih dari 100%. “Kalau hari-hari biasa sih, paling dapetnya cuma Rp. 300.000,-, tapi kalau bukan Ramadhan gini, sehari saya bisa ngantongin Rp. 700.000,- mas” Tutur Mang Agus. Ia juga menambahkan, supaya bisa ngantongin Rp. 700.000,- ia harus menjual sekitar 1200 buah gorengan yang ia bagi ke dalam beberapa jenis, yaitu; tahu isi, bakwan, singkong, pisang goreng, pisang molen, pisang cokelat, risol, dan gandasturi. Setelah mendengar penjelasannya, saya jadi semakin penasaran, “berapa modalnya si Mang Agus ya untuk jualan segitu banyak gorengan?”
“Satu biji gorengan itu modalnya Rp. 300,- sampai Rp. 400,-, dijualnya Rp. 600. Jadi kalau dihitung per bulan, saya bisa ngantongin untung bersih sekitar Rp. 12.000.000,- saat bulan Ramadhan” Jabar Mang Agus sembari menggendong anaknya yang baru berusia 2 tahun .
Saya jelas tersentak mendengar pengakuannya, “Kalah gaji gue sama tukang gorengan”, desis saya dalam hati. Memang mungkin bagi sebagian orang profesi Mang Agus tidak elit, namun ternyata pendapatannya setara dengan gaji manajer-manajer perusahaan menengah atas.
Karena saya harus melanjutkan perjalanan menuju Sawangan, penjabaran Mang Agus tersebut kemudian mengakhiri perbincangan kami berdua. “Apa jadi tukang gorengan aja gue?”

Kisah Penjual Gorengan Sukses 2

Bisnis gorengan sering identik dengan usaha remeh- temeh untuk dijalani. Usaha kecil- kecilan yang dianggap tak menghasilkan sesuatu. Tapi siapa sangka bisnis ini bisa berbalik 180 derajat. Bisnis kecilan juga bisa jadi jutaan bila anda kreatif. Kisahnya, kisah sukses H. Yusuf Amin, pengusaha gorengan Cendana asal Cirebon. Apakah ada hubunganya dengan pohon cendana. Tidak, tidak ada hubungan dengan pohon cendana.

Lalu, apakah berhubungan dengan keluarga cendana. Tentu saja tidak ada hubungan sama sekali. Nama gorengan Cendana tak ada hubungannya dengan pohon cendana. Tidak pula ada hubunganya dengan mereka Keluarga Cendana yang ada di Jakarta. Nama gorengan ini hanyalah istilah yang diberikan oleh masyarakat kota Bandung kepada gorengan olahan H. Yusuf.

Kebetulan penjual gorengan yang satu ini berjualan di Jalan Cendana Kota Bandung. Hanya dalam sehari ia bisa menghasilkan omzet hingga Rp.3 juta. Omzetnya bisa bertambah sampai Rp.4 juta lebih disaat bulan Ramadhan tiba. Untuk menjajakan gorengan ini, Yusuf hanya bermodal satu gerobak besar dengan saung terpal di pinggir Jalan Cendana. Dia mulai membuka lapaknya dari pukul 3 sore sampai pukul 9 malam. Dia dibantu 10 orang yang didatangkan dari kampung halamannya.

Mencari kerja di Bandung


Selama enam jam berjualan Yusuf akan membutuhkan 1 kwintal pisang tanduk, 2000 tahu, 75 kg tepung terigu, 45 kg ubi, 4 kg kacang hijau, 40 butir nanas serta 10 lonjor tempe. Kisah bisnis gorengan H. Yusuf yang telah dimulai ketika ia menikahi seorang gadis di kampung halamanya di Cirebon. Pemuda yang tak tamat SD ini menikahi seorang gadis bernama Sumarni.

Orang tuanya serta merutuanya hanyalah buruh tani kala itu. Sehingga pria kelahiran 11 September 1952 ini ikut membantu di sawah. Setahun kemudian kemarau panjang melanda desanya. Apalagi ditambah sang istri yang tengah hamil tua. Yusuf harus melakukan sesuatu. Ia lantas merantau ke Bandung dengan berat hati meninggalkan istri. Disana, di Bandung, ia tinggal bersama kakak sepupunya bernama Maripah di daerah bernama Cihaurgeulis.

Dengen bermodal gerobak pinjaman dimulailah perjalanan bisnisnya. Usaha yang dimulai dengan berdagang sekoteng hangat. Setiap malamnya usai sholat Isya, Yusuf akan mulai menjajakan dagangannya sambil mendorong gerobaknya. Dia mendorong dari satu daerah ke daerah lainnya yang jaraknya puluha kilo. Pukul 02:00 dini hari Yusuf barulah akan pulang ke rumah.

Setelah anaknya berusia delapan bulan, ia mengajak istri dan anaknya ke Bandung. Mereka masih tinggal di tempat yang sama di Cihaurgeulis. Yusuf menggunakan uang hasil berjualan sekoteng untuk menyewa tempat. Hanya cukup untuk menyewa bekas jongko pasar. Meski sebenarnya tak layak huni, mereka tetap bertahan bersama sebagai keluarga. Sisa uang hasil sekoteng digunakannya untuk membeli gerobak sekoteng milik temannya itu.

Dua tahun sudah ia berjualan sekoteng, namun tidak menghasilkan sesuatu untuk keluarga kecilnya. Itu tak menghasilkan kesejahteraan mereka. Dia kembali memutar otak mencari cara. Dari sebuah ajakan temannya, H. Yusuf Amin membuka usaha gorengan pertamanya di tahun 1977. Sebuah gerobak gorengan yang dibelinya seharga Rp.67.500. Dia memulai usahanya di Jalan Ciliwung, Bandung. Sayang, usahanya itu hanya bertahan satu malam.

Bekerja keras


Alasannya menutup jualannya di Jalan Ciliwung mungkin terdengar menggelikan. Yusuf tak tega berjualan di sana ketika ada seorang ibu yang juga berjualan gorengan. Setelah berkeliling Kota Bandung, barulah Yusuf menemukan tempat di Jalan Cendana. Bersama istri tercinta dan anaknya yang barulah dua tahun, Zackia Yamani, mereka bersama membangun usaha gorengan mereka disana.

Yusuf menjadi bersemangat karena dukungan keluarga. Dia membuka lapaknya selepas menunaikan sholat Dzuhur hingga pukul 10 malam. Meski awalnya selalu mengalami kerugian tak membuatnya berhenti. Alhasil dia berhasil mengumpulkan untung. Tahun demi tahun usaha Yusuf berjalan dengan berbagai halang rintang. Dia tetap belajar. Bisnisnya pun dikenal, masyarakat menamai gorengannya Cendana. Gorengen Cendana pun dikenal oleh masyarakat luas.

Tak ada resep rahasia dalam gorengannya. Hanya ada ketekunan dan selalu menjaga kualitas serta cita rasa. Akhirnya dia sukses mebawa nama gorengan Cendana menjadi terkenal. Gorengannya digemari tidak hanya orang biasa, juga mereka para anggota DPRD Jawa Barat membeli gorengannya. Yang paling spesial dari jualannya adalah gorengan pisang. Paling nikmat untuk menemani rapat- rapat di malam hari. Singkatnya nama dari gorengan Cendana ini membawa hoki.

Tidak hanya orang biasa, pejabat juga menyukainya. Mereka bahkan rela antri untuk mendapatkan gorengan panas yang baru. Apalagi di bulan Ramadhan. Gorengan Cendana ini pun digemari mereka para pendatang asal Jakarta dan Surabaya. Apalagi media masa membantu mengisahkan perjuangan si empunya. Apa yang membuat gorengan Cendana berbeda ialah warnanya yang coklat keemasan. Gorengannya tak menyerap banyak minyak. Gorengan ini juga terasa lebih renyah.

Selain pisang goreng, tempat ini juga menyediakan jajanan lain khas Sunda, seperti tahu isi, combro, ada juga gorengan kacang hijau, gorengan nanas, serta gorengan tempe. Waktu terakhir jualannya itu dijual seharga Rp.600 rupiah. Berkat ketekunan dan kesabaran ia membuahkan hasil. Bulan Oktober 1983 atau sudahlah enam tahun setelah berjualan jajanan gorengan, Yusuf akhirnya mampu membeli sebuah rumah sederhana dari tabungan.

Dalam kurun waktu lima tahun kemudian, Yusuf Amin beserta istrinya telah berangkat ke Makkah untuk menunaikan rukun Islam ke lima. Sekarang H. Yusuf telah memiliki 5 buah rumah. Satu rumah ia dedikasikan untuk kepentingan umat dengan membuat Majelis Taklim ibu-ibu yang berasal dari Cirebon. Sisanya untuk anak-anak, serta karyawannya yang kini sudah mencapai 10 orang. Empat anaknya, ia kuliahkan hingga jenjang perguruan tinggi. Dua diantaranya sudah menjadi dokter umum.

H. Yusuf juga membuatkan rumah untuk orangtua dan mertuanya di Cirebon, lalu memberangkatkan mereka ke Makkah.

Kisah Sukses Penjual Gorengan

Kisah ini saya dapatkan dari tetangga saya yang sekarang bekerja di tempat orang sukses yang akan saya ceritakan ini, menurut penuturan tetangga saya, sang Bos adalah orang yang sangat baik dan dermawan, tidak membeda-bedakan makanan untu keluarganya dan untuk para pegawainya, jadi mereka makan bersama tanpa memandang status bos atau pegawai.

Dahulu ada sebuah keluarga miskin yang hidup di daerah pinggiran, rumahnya adalah rumah semi permanen dengan tembok yang terbuat dari tabag (anyaman bambu), mereka melangsungkan hidup dengan mencari rejeki di jalan, mereka adalah penjual gorengan di pinggir jalan. Ternyata kehidupan yang susah tidak membuat mereka minder untuk mengejar sukses, bermodalkan ketekunan dan tekad yang besar mereka terus menjalani bisnis gorengan tersebut.

Kesuksesan akhirnya datang kepada mereka yang mau bekerja keras, lama kelamaan dagangan mereka laku keras dan membuat mereka banyak mendapatkan keuntungan, hingga akhirnya ada satu dua dagangan tambahan yang mereka jajakan, mereka mulai menambahkan sayur untuk melengkapi dagangan mereka, dan respon dari para pelanggan ternyata bagus, mereka menyukai masakan sang penjual gorengan, dagangan mereka semakin hari semakin ramai saja hingga akhirnya mereka mulai kewalahan dalam mengurusi dagangannya.

Suatu hari akhirnya mereka mendapatkan pelanggan yang mempercayakan pesanan makanan kepada mereka, akhirnya hari itu sang penjual gorengan lembur untuk memenuhi pesanan makanan dari pelanggannya, menggunakan wadah sederhana (karena belum berpengalaman), mereka menyediakan makanan yang lezat untuk pelanggannya, dan respon dari pelanggan ternyata bagus, mereka puas dengan rasa masakan tersebut. Dari situlah mulai terbuka kesempatan penjual gorengan untuk berkembang, dagangan yang selama ini mereka jalani akhirnya tutup, mereka lebih memilih untuk membuka usaha catering, menyediakan makanan untuk kantor-kantor dan orang yang mebutuhkan. Semakin banyak pelanggan yang meminta pesanan makanan kepada mereka hingga akhirnya mereka sudah kewalahan dan meminta tetangga untuk membantu mereka. Satu, dua, tiga pegawai mulai mereka rekrut untuk membantu pekerjaan mereka, hingga sekarang mereka sudah memiliki sekitar 5 pegawai yang membantu menyediakan pesanan catering mereka yang setiap hari semakin bertambah.

Kini hidup sang mantan penjual gorengan tersebut sudah berubah, rumahnya sudah bagus dan mewah, mereka memiliki mobil, anak-anaknya bisa kuliah, dan yang paling saya takjub adalah mereka tidak membuang sikap sederhana mereka dan tidak menjadi sombong karena kekayaan mereka, motor yang dari dulu dijadikan teman perjuangan mereka juga tidak akan mereka jual, katanya itu motor adalah teman perjuangan dan memiliki banyak kenangan, berpapun harganya tidak akan dijual, kerennnn.

Kesuksesan datang kepada siapa saja yang Tuhan kehendaki, maka bersiaplah sekarang, siapa tahu kesuksesan sedang dalam perjalanan menuju kita yang mebaca kisah ini, apapun keadaan kita saat ini, sukses tidak memandang jabatan, rupa, status, sukses memandang mereka yang siap mengelolanya.

Jualan gorengan, mahasiswa ini raup untung Rp 120 juta per bulan


Semua orang tentu mengenal makanan gorengan. Bukan hal sulit menemukan penjual gorengan di jalanan. Tidak bisa dipungkiri, banyak orang yang doyan makan gorengan.
Fenomena ini rupanya ditangkap oleh Riyadh Ramadhan, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, lulusan SMA Al Hikmah Surabaya. Dia jeli melihat makanan gorengan sebagai potensi untuk berbisnis.
Riyadh menceritakan, aktivitas bisnisnya sebenarnya sudah dimulai sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar. Ketika itu dia biasa menjual mainan anak-anak dan gambar tempel kepada teman-teman sekolahnya. Dia mengatakan inspirasi menjadi pebisnis didapat dari kedua orang tuanya yang juga pebisnis yang sukses mengelola lembaga pendidikan.
Proses Riyadh terjun ke bisnis makanan gorengan ini dimulai ketika dia masih berusia 16 tahun, saat masih duduk di bangku SMA. Tahun 2009, berawal dari hobi memasak dan melihat peluang usaha, dia berinisiatif menjual gorengan kepada teman-teman sekolahnya. Semua itu awalnya dia lakukan secara otodidak.
"Saya melihat di Surabaya banyak penjual gorengan, lalu saya berpikir untuk membikin sendiri," kata Riyadh.
Dengan restu dan izin kedua orang tuanya, Riyadh memulai bisnis gorengannya di sekolah. Awalnya dia sempat merasa risih dan malu karena banyak teman yang mengejeknya.
Namun dia tetap berpikir positif untuk terus mengembangkan bisnisnya. Setelah berjalan setahun ternyata bisnis gorengannya makin laris hingga dia berpikir untuk membuka kafe gorengan di mal.
Dengan bekal keuntungan setahun dan bantuan dana dari orang tuanya, Riyadh mulai membuka kafe gorengan di salah satu mal di Surabaya dengan nama Go Crunz. Di kafe itu dia menyediakan menu gorengan, seperti kentang, jamur, ayam, dan otak-otak ikan. Selain gorengan, dia juga menyediakan beragam pilihan minuman.
Dengan harga Rp 6.000-Rp 9.000 per kotak yang berisi empat sampai lima gorengan ternyata banyak orang menyukai gorengan Riyadh. Tak seberapa lama, dia pun membuka dua gerai baru.
Dari ketiga gerai itu, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 120 juta per bulan, dengan laba sekitar 40 persen dari omzet. Pada Oktober 2010 Riyadh pun resmi menawarkan kemitraan usaha. Hingga kini Riyadh telah memiliki 12 gerai usaha yang tersebar di beberapa kota, antara lain Jakarta, Bekasi, Malang, dan Balikpapan.
Meraih kesuksesan di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang. Namun bagi Riyadh Ramadhan impian itu kini telah diraihnya menjadi kenyataan. Bisnis gorengannya tumbuh cukup 'subur'.
"Saya ingin beberapa tahun ke depan bisa go international," ucapnya.
Kisah sukses bisnis gorengan berhasil mengantarkan Riyadh dinobatkan sebagai Entrepreneur Termuda 2010 versi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

10 Cara Usaha Gorengan Beromzet Jutaan Rupiah

Usaha Gorengan banyak kita temui di berbagai tempat. Meski demikian masih banyak lokasi yang bisa kita jadikan ladang bisnis gorengan. Tidak hanya lokasi, setidaknya ada 9 faktor lain yang menjadikan pebisnis gorengan punya omset jutaan rupiah.

Peluang usaha semakin luas bersama dengan kian luasnya pangsa pasar. Tinggal menunggu para pebisnis memulai karirnya dari bidang yang mana. Bila anda yang ingin mengubah sesuatu yang ringan dan biasa menjadi tetap ringan tetapi memiliki nilai plus dan kreatif.
Maka layak apabila anda memikirkan kembali dalam membangun usaha, pasalnya salah satu ide cemerlang satu ini juga perlu menjadi salah satu referensi. Yaitu gorengan, anda mengenal salah satu jajanan yang kian marak dan mudah ditemui ini bukan??. Jajanan yang tak pernah habis terkikis oleh waktu.

Bisnis Gorengan



Dengan masa yang kian berubah dan semakin orang-orang berfikiran maju serta modern, jadi tidak ada salahnya bila anda juga mengikuti perkembangan zaman yang begitu pesat ini. Ini adalah beberapa hal yang membuat bisnis gorengan ini makin laris.
  1. Lokasi penjualan
Hampir semua tempat yang dilewati masyarakat bisa kita jadikan lokasi berjualan gorengan. Tidak harus di alun-alun atau pusat kota. Yang penting lokasinya ramai, parkir gratis, dan aman dari bahaya kebakaran.
Nilai plus jika anda bia berjualan di dekat toko lain. Misalnya di depan Indomaret, samping toko baju, atau di dekat toko buah. 
  1. Tidak perlu gedung yang mahal
Tidak perlu membuka restoran untuk sukses berjualan gorengan. Gerobak yang kecil pun bisa menjadi sumber penghasilan anda. Syarat utama sukses di bisnis ini adalah gorengan yang enak dan sehat.
  1. Menggoreng dengan sehat
Beberapa waktu yang lalu banyak beredar info gorengan plastik. Sekarang masyarakat sudah mulai cerdik membedakan makanan yang sehat dan yang bukan. Anda pun harus menyajikan gorengan yang sehat agar pelanggan tidak lari ke penjual lain.
Selain menghindari campuran berbahaya di gorengan, anda juga  harus rajin mengganti minyak goreng. Minyak goreng ng sudah terlalu hitam umumnya menyajikan rasa yang aneh dan terkesan tidak higienis.
  1. Modal relatif kecil
Bisnis satu ini bisa diawali dengan odal kurang dari 1 juta. Murah bukan? Berikut adalah rinciannya :
Gerobak                        = 500.000
Gas elpiji dan kompor     = 300.000
Peralatan menggoreng    = 190.000
Pisau                              =      6000
Modal Bisnis Gorengan = 996.000
  1. Keuntungan menggiurkan
Dengan modal kurang dari 1 juta. Bisnis ini menawarkan balik modal kurang dari 1 bulan. Keuntungan yang besar ini membuat banyak sekali kita temui pebisnis gorengan di sekitar jalan raya. Berikut ini rincian penghasilan mereka dalam satu hari :
Total penghasilan : 300×700   = 210.000
Bahan baku                           = 148.000
Biaya parkir gerobak              = 2.000
Penghasilan bersih : 60.000/hari atu 1.800.000 perbulan.
  1. Gorengan untuk semua orang
Semua kalangan suka gorengan. Hanya yang takut kolesterol yanng menghindarinya. Siapapun itu, tua muda, miskin kaya, cantik ganteng, semuanya suk gorengan. Makan ini sudah jadi camilan khas Indonesia.
  1. Gampang membuatnya
Membuat gorengan tu mudah. Hampr semua orang bisa. Oleh karena itu, penting bagi sobat untuk memberi nilai tambah agar gorenganmu laku keras.
  1. Riyadh : bisnis gorengan beromzet 120 juta
Pemuda asli Surabaya ini mampu menjual gorengan dengan penghasilan yang fantastis. 120 juta perbulan. Margin keuntungan sekitar 40%. Pemuda ini dinobatkan sebagai entrepreneur muda  oleh Kemenkop UKM pada tahun 2010
Bisnis gorengannya yang bersih dan dipackaging dengan rapi ini mampu menarik pembeli dari berbagai kalangan. Gerobaknya yang unik juga bisa digunakan untuk menjual gorengan riyadh di mall maupun di pinggir jalan
  1. Waralaba

Nah kalau kamu sudah sekeren Riyadh. Punya resep rahasia dan brand unik. Kenapa tidak memulai waralaba.
  1. Peluang usaha gorengan unik
Peluang usaha gorengan unik dan modern makin banyak lho. Dari mulai jamu crispy, kentang kriuk, sampai dengan ide baru lainnya. Nah untuk membaca mengenai gorengan unik, silahkan ke : Usaha Gorengan Unik dan Modern – Makin menggiurkan.